Pages

Ads 468x60px

Monday, February 23, 2009

Potret buram investasi di Indonesia

Kalau kita mengikuti berita yang terjadi belakangan ini, terutama perkembangan di sektor keuangan, tentu miris hati kita. Kita tahu kasus yang terjadi pada nasabah bank century yang banyak tersandung pada produk resadana antaboga sekuritas. Bahkan salah seorang korban sampai bunuh diri karena mengalami kerugian sekitar Rp. 125 juta. Tragis sekaligus memilukan hati! Kita juga tau tentang kasus penyelewengan dana nasabah sarijaya sekuritas yang dilakukan sendiri oleh komisaris sekuritas tersebut. Kembali yang menjadi korban adalah para nasabah yang memarkirkan dananya. Karyawan yang bekerja di perusahaan tersebut juga akan menjadi korban karena akan menjadi pengangguran akibat tempat mereka bekerja dibekukan.

Lantas siapa yang patut kita salahkan dalam kasus ini? Yang pertama timbul di pikiranku adalah otoritas yang tugasnya mengawasi pasar modal yaitu BAPEPAM-LK (badan pengawas pasar modal dan lembaga keuangan). Kemana aja kalian selama ini kok bisa sampai kebobolan? Tapi setelah kupikir lagi, mereka juga tidak layak terlalu kita per-salahkan! Toh Amerika, yang katanya pasar modal yang paling efisien di dunia, masih bisa kebobolan. Adalah Bernard Madoff, yang nota bene juga mantan CEO nasdaq berhasil melakukan penipuan dana nasabah sekitar US $ 500 Billion. Coba anda bayangkan duit sebanyak itu. Padahal BAPEPAM nya Amerika yaitu SEC(securities exchange commission) punya sistem yang jauh lebih canggih daripada kita. Toh pelaku kejahatan selalu selangkah di depan otoritas pengawas. Kita analogikan dengan antivirus pada komputer anda. Bukankah update atau defenisi dari antivirus yang baru, keluar setelah virus itu menyerang terlebih dahulu. Kurang lebih seperti itulah.

Aku jadi teringat ucapan dari bapak Michael Tjoajadi, direktur schrooders investment Indonesia, dalam seminar minggu lalu di kampus. Dia mengatakan bahwa pasar itu tidak pernah salah alias selalu benar. Jadi yang salah adalah orang-orang pelakunya. Aku pikir, benar juga! Yang jadi masalah disini adalah kurangnya penerapan manajemen resiko. Kenapa manajemen resiko belum diterapkan?karena memang masyarakat kita belum ter-edukasi tentang investasi dan pasar modal dengan baik. Sekuritas hanya sibuk mencari nasabah tanpa memberikan edukasi yang cukup buat calon nasabahnya.

Aku juga jadi teringat dengan bermunculannya iklan-iklan yang menawrkan cara bagi orang untuk cepat kaya. Setiap kita buka website, pasti banyak bertebaran iklan sampah yang minta di klik kalau anda ingin cepat jadi kaya.hahahaha.
Mungkin inilah efek dari kapitalisme yang sudah menyerang masyarakat kita. Orang ingin cepat kaya tanpa kerja keras. Bukti yang paling sederhana, coba aja anda iseng jalan-jalan ke toko buku dan lihat buku apa saja dijual. Banyak disana dijual buku yang tentang cara cepat untuk kaya, padahal kita tidak tau penulisnya siapa! Namanya saja tidak pernah kedengaran. Tapi kok ada saja yang mau beli ya?hahahah. Kalau Om Bob Sadino menulis buku tentang cerita pengalaman dalam kesuksesannya berbisnis, itu baru layak dipercaya. Kenapa?karena emang udah terbukti bahwa si Om yang selau pake celana pendek tersebut adalah seorang pebisnis papan atas di negeri ini(bukan promosi bukunya loh!).

Kemudian banyaklagi bermunculan produk investasi yang sangat beresiko atau mempunyai leverage yang sangat besar. Misalnya forex dan produk derivative yang lain, seperti : options dan index future. Banyak sudah orang yang menjadi korban dari produk tersebut. Lagi-lagi penyebabnya adalah ke tidak mengertian nasabah akan resiko besar yang mengancam pada produk tersebut. Mereka hanya tergiur dengan profit yang bisa mencapai lebih dari 100% dalam sehari. Jadi misalnya seorang nasabah menanamkan modal sebesar Rp 100 juta, dalam sehari dananya bisa berkembang menjadi Rp 200 juta. Menggiurkan bukan? Tetapi siapkah investor tersebut juga kehilangan dananya yang 100 juta tersebut dalam sehari? Kalau siap, berarti memang dia mengerti akan produk tersebut dan mungkin tidak akan bunuh diri walaupun dia kehilangan dananya. Jadi tidak ada yang salah dengan produk investasi tersebut! Untuk kesekian kalinya, yang salah adalah manusianya.

Ada beberapa teman saya yang sudah menjadi korban iklan lowongan pekerjaan yang dibuat perusahaan pialang seperti ini. Mereka memasang iklan mencari tenaga kerja untuk menjadi konsultan keuangan atau nama lain yang kedengarannya keren. Orang yang melamar kemudian akan disuruh untuk mencari nasabah untuk produk tersebut dengan iming-iming fee yang besar. Mungkin bisa lebih dari 100 juta per bulan, tergantung ke-aktifan bertransaksi. Padahal mereka tidak diberi edukasi yang cukup tentang apa sebenarnya produk tersebut. Yang penting mereka bisa melakukan transaksi. Karena perusahaan pialang selalu mendapatkan fee, tidak perduli nasabah untung atau rugi. Mereka tidak sadar bahwa itu adalah investasi dengan zero sum game.

Jadi pada prinsipnya, yang penting adalah ke hati-hati an. Sebelum kita mencoba suatu produk investasi, pelajari lah dulu apa produk tersebut. Jangan pernah tergiur dengan iming-iming imbal hasil yang besar. Karena apapun katanya, prinsip investasi itu adalah “high risk, high return”. Dibalik imbal hasil yang besar, terdapat ancaman resiko yang besar. Jangan cepat percaya dengan bahasa marketing dari produk-produk investasi. Ingat, manusia bertindak selalu berdasarkan motif! Karena jika anda masuk dan invest, pemasar tersebut akan mendapatkan fee. Kalau anda memang tidak mengerti tentang produk tersebut, coba Tanya orang yang mengerti dunia investasi, atau coba Tanya aku deh.heheheh.

Manajemen resiko yang paling sederhana adalah diversifikasi. Contohnya kasus nasabah bank Century yang bunuh diri tadi. Misalnya dia punya dana menganggur 500 juta. Dana tersebut bisa disebar sesuai dengan tingkat toleransinya terhadap resiko. Misalnya dia bisa invest 250 juta di property, 150 juta di deposito, dan 100 juta di reksadana. Dan kalaupun, dana di reksadana tersebut hilang atau rugi, saya rasa dia tidak akan sampai bunuh diri.

Berikutnya, coba pola pikir kita tentang cara menuju kesuksesan itu kita ubah. Tidak ada cara yang instan menuju sukses. Semuanya butuh usaha dan keuletan. Coba deh belajar dari kisah hidup Om Bob Sadino atau Sandiaga Uno. Mereka adalah orang-orang yang sukses karena kerja keras. Jadi kita bekerja aja dengan baik sesuai dengan bidang kita, dan dengan cara yang benar. Tuhan kita pasti tidak akan membiarkan kita miskin kalau kita kerja dan berusaha dengan benar.

Dan terakhir, bila ingin bertanya atau belajar sesuatu tentang keuangan dan investasi, silahkan hubungi AB Consulting & Advisory Services. Eke siap berbagi ilmu dengan anda bok! Hahahahaha.

Saturday, February 14, 2009

Akuntansi = Akuntan+ Auditor ??

Gak ngerti ya dengan maksud judul tulisanku ini??
wajarlah, karena semuanya berawal dari kekonyolan seorang anak akuntansi yang gak suka dengan akuntansi. Bego ya??hahaah..
Yang pasti judul diatas bukanlah persamaan akuntansi yang baru.
Persamaan diatas tidak sama dengan persamaan akuntansi:

Asset = Liabilities + Equity

Tapi buat orang bego seperti aku (konyol sih tepatnya), kedua persamaan tersebut mempunyai kesamaan. Bingung??
Bagus!!!berarti tujuanku menulis ini tercapai.hehehe.

Persamaan diatas muncul dari perenungan seorang mahasiswa akuntansi yang tidak tau banyak tentang akuntansi, yang sudah mulai memikirkan masa depannya mau jadi apa.
Profesi yang paling tepat untuk seorang mahasiswa akuntansi memang adalah menjadi akuntan atau auditor. Kenapa?karena sesuai dengan apa yang sudah disuapi oleh kurikulum di kampus. Jadi tidak ada yang salah sama sekali dengan persamaan di atas bukan??hehehehe.

Yang jadi masalah sekarang, banyak mahasiswa jurusan akuntansi yang tidak berminat meniti karir jadi akuntan atau auditor.
Trus mau kemana mereka?? tidak punya masa depan??

Kalau kita berpikir lebih liar, atau keluar dari jalur sedikit, banyak profesi yang masih bisa dijajaki tanpa meninggalkan ilmu yang diperoleh di kampus. Di era perkembangan sektor perekonomian dan keuangan di Indonesia saat ini, mulai bermunculan profesi2 yang terbilang baru. Menurut aku, ilmu kita masih bisa dipakai. Tapi mungkin pengertianku tentang ilmu itu berbeda ya?? yang kumaksud dengan ilmu disini adalah : konsep, pola, dan cara berpikir. Jadi untuk seorang anak akuntansi, ilmu yang kumaksudkan bukanlah cara membuat jurnal, atau cara menyusun laporan keuangan.
Kalau itu mah terlalu teknis, mesin juga bisa mengerjakan kan??hahahaha.
(Sotoi ya, padahal aku juga belum tentu bisa).
Sepanjang pengamatanku hingga saat ini, alternatif2 lain untuk kita dalami misalnya:Marketing, manajemen Resiko, Analis pasar modal(saham dan obligasi), Perencana Keuangan(nih profesi msh sedikit terjamah), atau malah bangun bisnis sendiri.
Dan menurut prediksiku, ke depan profesi di bidang keuangan, investasi, atau pasar modal akan booming di Indonesia.Masyarakat akan semakin mengenal dunia keuangan karena gencarnya pemberitaan krisis keuangan yang menimpa dunia saat ini. Jika dunia keuangan berkembang, tentu manajemen resiko dibutuhkan untuk melindungi aset2 tersebut. Simpel kan??
Tapi itu bersifat subjektif karena hanya merupakan prediksiku. Mari kita buktikan, waktu yang akan menjawabnya.
Dan buat anak2 manajemen, bersiaplah mendapat saingan anak2 akuntansi yang merebut bidang anda.hehehehe.

Jadi kesimpulannya, persamaan judul tulisan ini tidak benar, alias salah.
Loh???mana sih si boy ini, kok gak konsisten??katanya tadi diatas benar!!!
Terserahlah, tergantung orangnya memandang dan memikirkan dari sisi mana.heheeh.


HIDUP ANAK AKUNTANSI !!!

(terutama akuntansi UI.hahahahahha)