Pages

Ads 468x60px

Saturday, December 25, 2010

Kilas Balik Perekonomian Global : Kemanakah Arah Perekonomian Indonesia di 2011?

Julukan Amerika Serikat sebagai negara superpower sudah patut untuk dikaji ulang, dalam bidang ekonomi lebih spesifiknya. Sebagai bukti, perekonomian negara digdaya tersebut hampir ambruk ketika krisis sektor keuangan menghantam, puncaknya tahun 2007. Pemerintah US sudah mengucurkan total dana sekitar $ 11.6 triliun, termasuk paket stimulus perekonomian senilai $ 787 miliar. Bahkan raksasa-raksasa korporasi kelas dunia, seperti Citigroups, Lehman Brothers, American Insurance Group (AIG), Fannie Mae, dan Freddie Mac tak luput dari tuntutan Chapter 11(US bankruptcy code).

Tahun 2010 merupakan masa konsolidasi korporasi-korporasi, yang ditandai dengan maraknya corporate action baik berupa merger maupun akuisisi. Hal tersebut dilakukan sebagai tindakan business rebalancing dalam rangka recovery atas krisis yang terjadi sebelumnya.

Negara-negara di Eropa yang terkenal dengan kemapanan dan kestabilan perekonomiannya juga mengalami guncangan hebat di tahun 2010 ini. Krisis di negara Eropa ini spesifiknya adalah krisis defisit anggaran pemerintah (government sovereign debt) dengan timbunan hutang yang teramat besar. Tak pelak lagi, lembaga-lembaga pemberi rating utang men-downgrade rating utang negara-negara di Eropa.

Krisis utang di Eropa ini berpusat di Yunani, yang diakibatkan tingginya cost of debt yang ditanggung pemerintahnya. Betapa tidak, sejak tahun 1993 rasio utang terhadap PDB negara tersebut secara terus menerus berada diatas 100%. Negara-negara Uni Eropa dan IMF kemudian mengucurkan dana untuk menstabilkan keadaan Yunani dalam jumlah tak kurang dari €110 miliar. Berikut disajikan tabel perbandingan total hutang terhadap GDP negara-negara di Eropa tahun 2009.



Akibat dari krisis yang melanda Amerika dan Eropa tersebut, aliran dana mengalir deras ke negara-negara berkembang (emerging market) di Asia. Indonesia adalah salah satu negara yang kebanjiran likuiditas akibat krisis tersebut. Hal tersebut terjadi mengingat Indonesia hanya terpengaruh sedikit oleh krisis global tersebut. Tingkat pengembalian (return) modal di Indonesia juga terbilang sangat tinggi. Bahkan tingkat bunga (coupon) Obligasi Ritel Indonesia (ORI) yang bisa dikatakan sebagai instrumen investasi yang bebas dari resiko (risk free asset) mencapai 7.95% annually.

Lalu kemanakah arah perekonomian Indonesia di 2011? Secara umum menurut saya, tren masih tidak ada yang jauh berubah dibandingkan 2010. RAPBN 2011 sudah memproyeksikan pertumbuhan PDB sebesar 6,4%. Bank Indonesia meramalkan pertumbuhan ekonomi antara 6-6.5% di 2011.

Salah satu momok dari pertumbuhan ekonomi adalah inflasi. Inflasi menurut saya akan mulai tidak terkendali di 2011 ini. Ini didorong oleh tingginya domestic consumption Indonesia. Inilah salah satu buruknya pertumbuhan ekonomi yang disokong oleh konsumsi dalam negeri yang sangat tinggi. Oleh karena itu, pihak BI kemungkinan tidak akan mempertahankan terus menerus BI rate di angka 6.5%, kemungkinan akan ada tren naik dalam rangka pengendalian inflasi tersebut.

Aliran dana asing akan terus mengalir ke dalam negeri akibat tingginya tingkat pengembalian investasi di Indonesia. Apalagi bila lembaga pemberi rating dunia meng-upgrade rating Indonesia ke Investment Grade. Perusahaan aset manajemen dan hedge fund asing akan terus mengarahkan perhatiannya ke Indonesia.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sebagai indikator pasar saham di Indonesia masih akan terus melaju, angka indeks 5.000 bukan merupakan kemustahilan untuk dicapai tahun depan. Emiten sektor energi dan komoditas masih akan menjadi pemimpin pergerakan indeks di tahun depan, dengan driver kenaikan harga minyak bumi dan komoditas dunia yang lain.

Untuk harga minyak dunia, angka $120 per barel juga kemungkinan akan tercapai di tahun depan. Fase ekspansi perusahaan-perusahaan di tahun depan yang akan meningkatkan kebutuhan energi menjadi penyebabnya. Bahkan saat ini saja harga minyak juga sudah mulai melambung diatas $ 90 per barel.

Namun tantangan perekonomian di Indonesia adalah kesenjangan antara sektor finansial dengan sektor riil. Pemerintah tetap tidak mampu menggerakkan sektor riil dengan aliran dana masuk yang sangat besar tersebut. Saya tidak tahu apakah ini disebabkan oleh ketiadaan instrumen pemerintah atau karena tidak adanya goodwillingness pemerintah. Menurut saya sih, Indonesia tidak akan mampu untuk maju selama masih dikuasai oleh politisi, bukan orang pintar! :p


Arman Boy

founder AB Capital

Monday, December 13, 2010

Menggugat Keberadaan Bursa Berjangka Jakarta (BBJ)

Sekitar sebulan lalu Saya berkunjung ke daerah asal Saya di pedesaan dan berkomunikasi dengan beberapa petani mengenai permasalahan yang mereka hadapi. Menurut mereka, ada 2 permasalahan utama yg dihadapi petani, yaitu:harga pupuk dan harga jual produk pertanian yang sangat tidak stabil.

Untuk harga pupuk, masalah ketidakstabilan harga itu disebabkan oleh ketidakberesan dari distribusi. Selain itu beberapa spekulan nakal juga kerap ikut mempermainkan harga dengan cara menimbun di gudang sehingga menimbulkan kelangkaan dan akibatnya harga akan melonjak naik. Inilah kegagalan utama dari pemerintah Indonesia, khususnya menteri perdagangan, dalam menyejahterakan rakyat.

Yang menjadi perhatian utama saya adalah mengenai harga jual produk hasil pertanian yg tidak menentu. Menurut mereka tidak jarang dalam waktu sebulan saja, harga pasar suatu hasil pertanian menurun sampai 50%. Bahkan sangat sering harga jual tidak sanggup menutupi Harga Pokok Penjualan (HPP) atau istilah kerennya dalam Akuntansi adalah Cost of Goods Sold(COGS).

Melihat permasalahan ini, saya teringat dengan keberadaan Bursa Berjangka Jakarta (BBJ). Mengapa disana belum ada disediakan pasar berjangka untuk komoditas pertanian strategis yang ada di Indonesia? Yang ada selama ini malah indeks saham yang diperdagangkan disana, yang menurut saya keberadaannya di Indonesia tidak lebih dari pasar judi yang dilegalkan. Saya tidak yakin kalau ada investor yang bermain di indeks saham di Indonesia untuk tujuan hedging atau lindung nilai. Sayangnya saya tidak punya akses untuk mendapatkan data valid tentang investor di BBJ.

Pasar berjangka itu adalah tempat memperdagangkan kontrak berjangka dari suatu produk. Sederhananya jika misalnya Saya adalah petani padi dan anda adalah pembeli. Padi saya akan panen sekitar 3 bulan lagi, namun padi tersebut sudah dapat saya jual pada anda hari ini dengan harga yang disepakati hari ini juga. Jadi saya tidak perlu khawatir lagi dengan ketidakpastian harga pasar karena kita sudah membuat kesepakatan hari ini. Bila panen nanti sudah tiba, anda akan membeli hasil panen saya dengan harga yang kita sepakati sebelumnya. New York Mercantile Exchange (NYMEX) adalah contoh pasar berjangka untuk minyak dunia (oil).

Nah, disinilah pentingnya peran dari bursa berjangka untuk menyediakan pasar seperti ini. Memang di Indonesia sudah ada Bursa Berjangka Jakarta (BBJ), tapi komoditas yang diperdagangkan hanya kontrak emas (gold) serta indeks saham . Menurut saya, kedua komoditas ini malah tidak terlalu penting bagi masyarakat. Keduanya hanya dijadikan ajang spekulasi oleh orang-orang rakus nan tamak. :p