Pages

Ads 468x60px

Saturday, March 12, 2011

Apa Kabar Indonesia? An Update From Indonesia & Global Economics

Mulai tingginya angka inflasi tahun 2011 akibat lonjakan harga komoditas menjadi tantangan ekonomi tahun ini. Lonjakan harga komoditas terutama terjadi pada minyak bumi dan bahan pangan. Harga minyak bumi yang terus naik disebabkan oleh kerusuhan yang terjadi di negara-negara pengekspor minyak besar dunia di Timur Tengah. Sedangkan lonjakan harga komoditas pangan lebih disebabkan perubahan iklim yang menyebabkan terjadinya gagal panen atau hasil panen yang tidak sesuai dengan harapan.


Inflation VS Economic Growth

Inflasi Indonesia secara kumulatif untuk tahun ini sudah mencapai 1,03%, yaitu 0,89% Januari dan 0,13% untuk Februari. Sementara Bank Indonesia memasang target inflasi 2011 sebesar 5%. Biasanya inflasi akan meninggi di pertengahan dan akhir tahun. Jadi pemerintah menurut kami akan sangat kesulitan menjaga laju inflasi agar sesuai dengan target tersebut. Kami yakin angka inflasi tahun ini akan berada diatas 6%.

Untuk target pertumbuhan ekonomi tahun ini menurut RAPBN adalah 6,4% dan menurut BI 6-6,5%. Yang dapat dilakukan pemerintah adalah menjaga laju inflasi agar tetap dibawah pertumbuhan PDB, sehingga pertumbuhan ekonomi yang positif tetap terjadi (real economic growth).


Effects From Oil Price

Harga minyak bumi saat ini sudah berada diatas level $100 per barel, seiring kondisi Timur Tengah yang tidak kondusif. Wajar saja sebab Arab Saudi, Libya, dan Iran berkontribusi sekitar 19% dari total produksi minyak dunia. Dan Indonesia adalah negara yang mempunyai eksposur yang sangat tinggi terhadap harga minyak bumi. Harga minyak yang tinggi akan membebani anggaran pemerintah akibat meningkatnya jumlah subsidi BBM yang harus ditanggung sehingga semakin memperbesar defisit fiskal. Pendapatan perusahaan-perusahaan yang banyak menggunakan BBM juga akan terganggu akibat meningkatnya cost. Pada akhirnya harga – harga barang akan semakin mahal sehingga inflasi juga meningkat.


Update From Indonesia Capital Market

Kami memandang pasar saham Indonesia adalah salah satu tempat berinvestasi yang berpotensi memberikan return yang spektakuler. Aliran dana asing yang terus masuk ke dalam negeri melalui pasar obligasi dan pasar saham akan menghidupkan sektor keuangan (belum tentu untuk sektor riil). Untuk bulan Februari saja, BI melaporkan dana asing yang masuk melalui pasar Surat Utang Negara (SUN) dan Sertifikat Bank Indonesia (SBI) sebesar Rp 27 T. Efeknya nilai Rupiah juga terus mengalami apresiasi akibat melimpahnya suplai Dolar.

Saat ini pasar saham memang masih cenderung mengalami ketidakpastian, tapi untuk jangka panjang kami masih melihat tren bullish untuk Indonesia. Inflasi yang tinggi dan suku bunga yang masih relatif rendah seharusnya membuat pasar modal masih sangat menarik sebagai instrumen investasi, dibandingkan dengan emas sebagai instrumen safe haven tentunya. J


Arman Boy

Equity Research Analyst AmCapital Indonesia