Pages

Ads 468x60px

Saturday, May 14, 2011

Hutang Dalam Konsep Personal Finance

Hutang, mungkin kata ini biasa kita dengar dalam kehidupan sehari-hari, bahkan mungkin sangat dekat dengan kita. Kalau Anda adalah pemegang salah satu kartu kredit, Saya pastikan Anda sangat dekat dengan hutang. Untuk perusahaan, hutang mungkin adalah istilah yang biasa. Anda mungkin sering membaca di koran tentang satu perusahaan yang akan menerbitkan obligasi. Nah, itu adalah surat hutang. Sangat jarang ada perusahaan yang neraca keuangannya melaporkan posisi hutang nol. Yang ingin kita bahas sekarang adalah apakah berhutang itu adalah buruk. Untuk memperjelas, Saya akan membedakan tulisan ini dua bagian, yaitu untuk keuangan personal dan perusahaan. Disini saya akan membahas hutang untuk keuangan personal, untuk perusahaan akan Saya bahas di tulisan berikutnya.

Debt for Personal Finance.

Untuk keuangan personal, hutang umumnya dibagi atas dua berdasarkan tujuannya : hutang konsumtif dan hutang produktif. Hutang konsumtif adalah hutang yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumsi dari manusia. Jadi manusia berutang terkadang bukan hanya untuk kebutuhan saja, tetapi juga untuk memenuhi keinginannya. Mobil, HP, atau barang konsumsi lain yang anda beli dengan kredit adalah contoh untuk hutang konsumtif.Hutang produktif adalah hutang yang digunakan untuk membiayai sesuatu yang bersifat produktif atau menghasilkan. Misalnya Anda meminjam uang dari perbankan untuk membuka warung.

Diantara kedua jenis hutang personal tersebut, yang manakah bersifat baik dan yang manakah bersifat buruk? Secara awam, mungkin kita akan langsung mengatakan bahwa hutang produktif adalah baik, dan hutang konsumtif adalah tidak baik. Tetapi kalau kita pikirkan lebih mendalam lagi, sebenarnya batas antara hutang tujuan konsumtif dan produktif bisa menjadi daerah abu-abu. Saya misalkan jika seseorang yang bekerja menjual jasa konsultasi, membeli mobil dengan cara kredit. Apakah ini adalah digolongkan terhadap hutang konsumtif? Ya tunggu dulu, jangan langsung mengiyakan. Bagaimana kalo misalnya jika mobil tersebut bertujuan untuk menunjang penampilannya sebagai seorang penjual jasa, sehingga dengan mengendarai kenderaan dia kelihatan lebih berkelas, sehingga dia bisa mendapatkan klien banyak dengan lebih mudah. Kalo ceritanya sudah begitu, ya mungkin itu sudah termasuk hutang produktif. Contoh lainnya misalkan seorang trader saham membeli gadget atau perangkat komputer terbaru dengan menggunakan kredit. Itu bisa digolongkan ke hutang tujuan produktif juga. Bukankah perangkatgadget tersebut akan membantu dia dalam melakukan transaksi saham yang didukung olehplatform canggih?

Sayangnya hutang yang banyak dimiliki oleh personal sekarang ini adalah hutang murni buat tujuan konsumtif. Ya, Saya yakin akan hal itu. Membeli gadget canggih hanya buat chatting, ngetweet, dan update status facebook. Membeli mobil hanya biar kelihatan gaya dan gampang menggaet wanita cantik. Ya, Saya juga sebenarnya tidak layak berkomentar untuk hal tersebut. Toh dia membayar kredit tersebut dengan uang orang tua atau uangnya sendiri, bukan uang Saya. Ya, Saya hanya memandangnya dari sudut keilmuan kok, tidak ada unsur sentimentalnya. :p

Utang personal untuk tujuan konsumtif inilah yang Saya perhatikan di masyarakat saat ini. Anda dapat dengan mudah membeli barang dengan kredit saat ini, kartu kredit juga sangat mudah didapatkan. Bahkan karyawan dengan penghasilan dibawah Rp 5 juta bisa mendapatkan kartu kredit platinum dengan limit hingga Rp 50 Juta per bulan. Betapa luar biasanya sektor perbankan kita. Saya prediksi, sekitar 4 atau 5 tahun kedepan kredit sektor konsumsi ini akan meledak di Indonesia, dan bisa memicu krisis ekonomi berikutnya. Jika angka kredit macet (NPL:non performing loan) perbankan meningkat tajam, bank akan mengalami krisis likuiditas. Akan banyak aset masyarakat disita oleh bank untuk melunasi kreditnya yang macet. Akan banyak korban berikutnya yang mati digebukin oleh debt collector. Bahkan mungkin pemerintah harus turun tangan memberikan bailout untuk menyelamatkan likuiditas perbankan. Mungkin semacam krisis akibat subprime mortgage di Amerika tahun 2007 lah. Mudah-mudahan prediksi Saya tidak akan terbukti.

Begitulah baik buruknya berutang itu. Saya tidak mengatakan berutang itu buruk, silahkan saja Anda berutang. Yang tahu tujuan Anda berutang adalah Anda sendiri. Saya tidak berhak untuk mengatakan seseorang yang membeli barang kreditan itu adalah buruk. Saya tidak berhak menghakimi. Kalau Anda merasa sanggup melunasi utang tersebut di masa depan, ya silahkan saja. Asalkan Anda tahu resiko yang ada di dalamnya. Toh sektor perbankan juga tidak akan bergairah kalau masyarakat tidak mau berutang ke bank. Bank Mandiri tidak akan sanggup mendapatkan laba bersih diatas Rp 9 T bila tidak didukung oleh kredit konsumtif. Bila sektor perbankan mengalami kelesuan, mungkin gaji bankir-bankir akan turun, atau mungkin akan banyak teman-teman FEUI saya yang di PHK dari bank.hehehe.

Hidup kapitalisme!!

Arman Boy

founder AB Capital

0 comments: