Pages

Ads 468x60px

Tuesday, November 20, 2012

Chairul Tanjung: Akuisisi Carrefour, Bisnis dan Politik


Akhirnya ambisi Chairul Tanjung (CT) untuk menguasai 100% Carrefour Indonesia tercapai, menjawab desas-desus yang sudah beredar belakangan ini. CT Corpora melalui PT Trans Retail berhasil mengambil alih sisa 60% kepemilikan di Carrefour dengan nilai transaksi sebesar EUR 525 juta (USD 673m), setelah sebelumnya sudah menguasai 40% melalui akuisisi pada tahun 2010 dengan nilai transaksi IDR 3 triliun. Dengan valuasi Carrefour Indonesia senilai EUR 830juta dan jumlah otlet 85 unit yang tersebar di 28 kota Indonesia, menjadikan Chairul sebagai raja peritel Indonesia.
Bagi Carrefour Global, ini merupakan langkah exit melalui divestasi yang kesekian kali, setelah sebelumnya melakukan hal yang sama terhadap unit bisnis mereka di Malaysia, Kolumbia, Yunani, dan Singapura. Carrefour Global sedang menjalankan strategi baru untuk berfokus di wilayah Eropa, China, dan Amerika Selatan.
Sudah sejak lama pula CT mengemukakan ambisinya untuk mengendalikan penuh Carrefour Asia Tenggara dan Indonesia. Namun transaksi tersebut gagal karena Carrefour Malaysia diserahkan kepada Khazanah Nasional dan unit Thailand kepada Casio.
Spekulasi yang beredar mengatakan bahwa sejak awal peran presiden tidak bisa dilepaskan dalam transaksi ini. Pada tahun 2010, masuknya Chairul Tanjung ke Carrefour Indonesia dinilai merupakan strategi dari Carrefour International untuk mengamankan bisnisnya di Indonesia dan membantu menyelamatkan Carrefour Indonesia dari tekanan bisnis yang dilakukan oleh Grup Lippo. Lippo Hypermart  dan Carrefour merupakan 2 pemain utama di bisnis supermarket di Indonesia yang saling bersaing. Carrefour juga sering dituduh melakukan tekanan kepada pemasok (supplier) untuk menjual harga murah ke Carrefour.
Chairul Tanjung muncul sebagai fenomena baru saat ini. Pada tahun 2012, Forbes menyebutkan Chairul Tanjung sebagai the rising star” Indonesia dan memasukkan ke dalam daftar 1.000 orang terkaya di dunia. Chairul berada di peringkat 634 dengan kekayaan USD 2 miliar. Konglomerasi bisnis Chairul Tanjung bernaung dibawah CT Corpora dengan total aset sekitar USD 7 miliar per Desember 2010.
Di bidang media, Trans Corp mengelola stasiun televisi Trans TV dan Trans 7, dan portal berita online detik.com yang merupakan situs berita terbesar di Indonesia dengan pembaca aktif sekitar 3 juta orang per hari. Trans Corp menguasai media detik.com pada Juli 2011 melalui akuisisi senilai USD 60 juta, yang merupakan nilai transaksi terbesar untuk bisnis media online di Indonesia.
Di industri lifestyle, CT memiliki franchise eksklusif untuk 22 merek internasional papan atas yang beroperasi di hampir 100 butik di 5 kota besar (Jakarta, Bandung, Surabaya, Makassar, dan Medan). Selain itu, Para Group juga memiliki Coffee Bean, Baskin Robbins, biro travel terkemuka Antatour dan Vayatour, dan Metro Department Store.
Trans Corp juga mengoperasikan arena taman hiburan Trans Studio di Makassar dan Bandung. Chairul berencana akan mendirikan Trans Studio di 20 kota dengan nilai investasi sekitar IDR 20 triliun.
Di bidang penguasaan SDA, CT Global Resources merupakan holding untuk bisnis Chairul Tanjung di sektor perkebunan, energy, pertambangan, pertanian, dan infrastruktur. Portofolio utama di sektor ini adalah CT Agro, memegang konsesi 60.000 hektar perkebunan kelapa sawit di daerah Kalimantan. Memang unit bisnis CT di sektor ini belum terlihat kiprahnya.
Di dunia politik, Chairul menjabat sebagai Ketua Komite Ekonomi Nasional (KEN) dibawah pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sejak Juni 2010. Institusi ini di bawah Presiden dan bertanggung jawab terhadap Presiden, tapi tidak bertanggung jawab pada menteri melainkan berkoordinasi dengan Menko Perekonomian. KEN beranggotakan beberapa ekonom dan konglomerat terkenal di Indonesia. Mayoritas mereka ini adalah tokoh-tokoh yang ikut membantu terpilihnya SBY sebagai Presiden sehingga sangat kental dengan aroma balas jasa. Tokoh-tokoh lain yang tergabung dalam KEN adalah: Chatib Basri, Aviliani, Sandiaga Uno, TP Rachmat, Faisal Basri, Raden Pardede, Erwin Aksa, James Riady, Peter Gontha, Hartati Murdaya, dll.
Chairul Tanjung memang memiliki track record yang masih positif di Indonesia. Konsolidasi seluruh bisnisnya ke dalam CT Corp terjadi di Era Reformasi sehingga stigma negatif pebisnis warisan rezim Soeharto tidak dialami oleh Chairul dan perusahaannya. Chairul Tanjung tidak pernah terlibat dengan dana BLBI sebagai dosa terbesar mayoritas pengusaha besar Orde Baru. Namun, posisi Chairul Tanjung sebagai ketua Komite Ekonomi Nasional dinilai juga mengalami conflict of interests,  sebab CT adalah seorang konglomerat nasional yang merupakan penyumbang terhadap kampanya pemenangan Presiden SBY.
Sepertinya akan banyak kejutan-kejutan lain di depan dari tokoh ini. Untuk mengendalikan isu dan konsensus publik: CT sudah memiliki media dan dekat dengan Hendropriyono (baca disini), untuk mengendalikan perut masyarakat: CT sudah memiliki Carrefour, untuk mengendalikan presiden dan kebijakan ekonomi: CT sudah menjadi ketua KEN, untuk mengendalikan aliran uang: CT sudah memiliki Bank Mega, apalagi yang kurang? Mari kita ikuti manuver orang penting ini.

1 comments:

Anonymous said...

mantap,,,,