Pages

Ads 468x60px

Tuesday, February 19, 2013

Bakrie VS Rothschild II: Hary Tanoe “The Saviour” of Bakrie?



Lin Che Wei pernah mengatakan bahwa Grup Bakrie memiliki 9 nyawa sehingga sangat susah untuk ambruk. Beliau menganalogikan seperti kucing yang baru kehilangan lima nyawa, jadi masih ada sisa 4 nyawa lagi. Bukti dari perkataan analis keuangan yang sangat saya kagumi di Indonesia ini mungkin sudah ada di depan mata saat ini.
Sangat layak juga Nirwan Bakrie sebagai front-man bisnis keluarga ini mendapat julukan “the man with a thousand-ways out”.
Sengketa untuk menjadi pengendali cadangan batubara terbesar di Indonesia antara dua dinasti legendaris, Bakrie dan Rothschild, saat ini telah memasuki babak baru. Telah terjadi banyak manuver  yang kadang tidak terprediksi antara kedua belah pihak. Menarik memang mengikuti ceritanya, mengingat background Bakrie sebagai politisi di negeri ini. Sedikit banyak, setiap ceritanya pasti terkait dengan politik.
Dan ceritanya semakin menarik lagi, sebab Si Raja Media yang saat ini sedang belajar politik, Hary Tanoe, juga sudah ikut terseret ke dalam pusaran, mengikuti jejak Samin Tan (Borneo) dan Rosan Roeslani (Bukit Mutiara, Recapital).
Akhir tahun 2012, Bakrie telah mengajukan proposal cerai dengan BUMI Plc. Skema transaksinya adalah Bakrie melepas 23,8% kepemilikan mereka di BUMI Plc, dan BUMI Plc kemudian melepas 10,8% kepemilikan di BUMI Resources kepada keluarga Bakrie. Sisa 18,9% kepemilikan BUMI Plc atas BUMI Resources akan dibeli keluarga Bakrie sebesar USD 278 juta secara tunai.
Dan tampaknya manajemen BUMI Plc lebih memihak kepada proposal yang diajukan Bakrie, dan itu membuat keluarga Rothschild berang. Rothschild menuntut diadakannya RUPS dengan agenda penggantian manajemen yang direncanakan pada 21 Februari 2012, 2 hari lagi dari sekarang.
Voting yang akan dilakukan dalam RUPS nanti jelas susah diprediksi. Secara kepemilikan, pemegang saham di Indonesia Bakrie CS (Bakrie, Borneo, dan Recapital) memang mencapai 57%. Namun UK Takeover Plan mengatakan bahwa mereka bertiga adalah pihak acting in concert atau berada pada satu pihak, sehingga ditetapkan bahwa hak suara dari kelompok ini hanya sebesar 29,9% (sebesar kepemilikan Bakrie dan Samin Tan melalui Long Haul Holdings).
Nathaniel Rothschild sebelumnya memiliki saham dengan kepemilikan suara sebesar 11,9%, namun dia mengklaim telah meningkatkan kepemilikan menjadi 18,2% melalui secondary market di London Stocks Exchange.
Kepemilikan suara minoritas yang lain diklaim lebih memihak kepada Rothschild. The Telegraph Minggu 17 Februari 2013 melaporkan bahwa Rothschild dan St James’ Master Fund sudah menguasai 25,2% hak suara. Schroder Investment Ltd, yang mengendalikan 4,2% hak suara juga ada di pihak Rothschild.
Jika kepemilikan minoritas ini digabungkan dengan kepemilikan suara Rothschild, persaingan antara Bakrie dan Rothschild akan sangat ketat dalam voting (Bakrie CS 29,9% VS Rothschild CS 29,4%).
Jadi untuk bisa menjadi pemenang pada saat voting, kedua pihak masih sangat bergantung pada kepemilikan minoritas yang lain, seperti Abu Dhabi Investment Council dan Black Rock Capital.
Nat Rothschild sudah sangat yakin akan memenangkan voting. Nat berkata kepada Sunday Times: “We are going to win by a convincing margin. It’s almost arithmetically impossible for the other side (Bakrie CS) to win.”
Pada acara Economic Challenge di Metro TV minggu lalu, Samin Tan muncul bersama Menteri ESDM Jero Wacik membahas tentang isu ketahanan energi, dengan mengambil studi kasus sangketa memperebutkan BUMI Resources. Terlihat pihak Bakrie sedang mencoba mengajak pemerintah dan publik Indonesia untuk membantu mereka.
Ah ini sudah tidak waras, sangketa murni bisnis kok dihubung-hubungkan dengan isu nasionalisme dan ketahanan energi. Propaganda media mereka terlalu kasar. Lagian saya tahu persis Samin Tan itu bukan orang yang biasa tampil di media, jadi bisa kita pastikan kalau dia memiliki tujuan yang sangat strategis sehingga mau tampil live di tv.
Bakrie tidak pernah menyerah dan terus melakukan manuver, dan akhirnya mereka melakukan gerilya yang sangat mengejutkan.
Kemarin, 18 Februari 2013, tepat 3 hari sebelum pelaksanaan RUPS, Recapital yang sebelumnya dianggap acting in concert dengan Bakrie, melepas 13,4% kepemilikannya kepada tiga pihak, salah seorang adalah Hary Tanoesodibjo. Recapital melepas 3 juta lembar saham kepada Flaming Luck Investments Ltd (vehicle milik Hary Tanoe); Avenue Luxemburg SARL 13,67 juta saham; dan Argyle Street Management Limited 7,536 juta lembar saham.
UK Takeover Plan juga sudah memutuskan bahwa ketiga pihak ini tidak acting in concert dan memiliki hak suara sebesar kepemilikan pada RUPS 21 Februari 2013.
Jelas ini adalah manuver untuk menguntungkan Bakrie pada saat RUPS nanti. Jika pemilik hak suara baru ini digabung dengan Bakrie, maka hak suara meningkat menjadi 43,3%. Ini lebih dari cukup untuk memenangkan Bakrie. Manuver sederhana yang sangat luar biasa cerdik.
“Transaksi ini sangat tidak transparan, Recapital tidak mendisclose semua informasi, termasuk closing transaksi di harga berapa, Saya mencurigai transaksi ini hanya repo antara Bakrie dengan Hary Tanoe,” Seorang rekan saya manajer investasi berkata.
Kecurigaan ini memang sangat wajar jika melihat track-record keluarga Bakrie yang sering menggunakan fasilitas repo.
Namun jika dilihat dari persentase, kepemilikan Hary Tanoe tersebut hanya sebesar 1,65%. Bagaimana mungkin bisa kita sebut HT bertujuan untuk membantu menyelamatkan Bakrie?
“Ah, lo kira Bakrie CS itu orang bego!” Seorang teman investigator bisnis berkomentar sambil tertawa. “Hary Tanoe sengaja didisain memberikan hak suara yang 1,65% kepada Rothschild untuk mencegah kecurigaan dan kemungkinan investigasi oleh regulator”.
“Jangan terlalu polos teman, ini adalah bisnis hidup mati dan pride, bahkan membunuh orang pun terkadang harus tega, gimana caranya kaya kalo hati selalu dibawa bersama kepala,” seorang teman menasihati saya. “Kamu kan sudah lebih dari 5 tahun akrab dengan dunia seperti ini”.
Aha, Saya akhirnya menemukan benang merah dari semua kejadian ini. Itu mungkin menjadi alasan kenapa HT mengulur deklarasi masuk Hanura hingga hari Minggu kemarin. Dan jika HT betul didisain untuk memberikan hak suara melawan Bakrie, ini pararel dengan keputusan HT tanggal 17 Februari 2013 untuk memasuki Partai Hanura, bukan Partai Golkar.
“Udah deh, HT udah bantu Bakrie lawan Rothshild, VIVA (saham media induk TV One, ANTV, dan Vivanews) akan jatuh  ke HT,” seorang teman jurnalis senior berspekulasi.
Ini mungkin akan menjadi kode untuk kejadian besar selanjutnya, sekaligus menjadi titik terang rumor penjualan VIVA kepada Grup MNC yang dimiliki Hary Tanoe.
Seorang teman ‘aliran kitab suci’ menyerang saya dengan argumen kosong: “Boy, kenapa sih terlalu pesimis memandang transaksi bisnis ini, Hary Tanoe itu kan orang yang sangat relijius, jadi tidak mungkin dia seperti itu”.
Saya jawab dengan tertawa: “Iya kawan, profesi saya dibayar untuk selalu memandang manusia dari view skeptis, saya selalu berangkat dari asumsi awal bahwa setiap transaksi yang melibatkan uang itu sarat dengan intrik. Dan sejauh ini, asumsi saya itu selalu terbukti. Dan kebetulan pula profesi seperti saya selalu dibayar berlipat lebih banyak daripada profesi kamu.”
Saya bukan seperti analis ‘pinter’ lulusan FEUI dan MBA US yang selalu merekomendasikan buy, tak peduli seberapa hancur isi keuangan dan manajemen perusahaan itu. Saya bukan seperti profesional ‘bersih’ yang membuang hati nurani di tong sampah demi segepok Dolar. Saya bukan pula kaum Utopis yang selalu memandang kehidupan begitu indah dan ideal.
Ah...itupun saya mungkin tak lebih dari hanya sekedar menjalankan panggilan profesi. Kita memang di dunia tidak lebih dari hanya menjalankan peran saja. Manusia hanyalah aktor dari cerita kehidupan masing-masing, kita hanya akan diukur dari kemampuan dramatisasi.